Selamat Tahun Baru Hijriyah 1432

Minggu, 22 Agustus 2010

Kontemplasi Diri Untuk Menumbuhkan Sabar

KETIKA merasakan lapar dan dahaga, dengan niat ibadah lillahi ta'ala, dengan tujuan memperoleh nilai takwa dalam naungan rida Allah Subhana Wa Ta'ala, terbukalah segala macam tabir penghalang (hijab) antara kita hamba yang hina dina, makhluk yang daif, dengan
Allah Subhana Wa Ta'ala Alkhaliqul Adzim.
Maka, beberapa ulama ahli hikmah menganjurkan setiap orang berpuasa, untuk merenung mengoreksi diri masing-masing, dengan terlebih dulu memohon kepada Allah Subhana Wa Ta'ala agar menguatkan keyakinan, jangan sampai mendekat kembali kepada kesesatan.
"Ya Allah, sembahan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau memberi kami petunjuk dan karunia rahmat-Mu karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."(QS. Ali-Imran 8).
"Wahai Pembolak-balik hati, teguhkanlah hati kami dalam agamaMu." (al-hadis). Puasa Ramadan sangat identik dengan sifat sabar. Dengan demikian, bulan Ramadan digelari "Syahrus Shabri". Bulan kesabaran karena puasa merupakan sarana mendekat (takarrub) kepada Allah Subhana Wa Ta'ala Orang-orang sabar selalu disertai Allah Subhana Wa Ta'ala (QS. Al Baqarah 2:153).
Para ulama menguraikan, sabar harus mengisi segala posisi, kondisi, dan situasi kehidupan kita setiap saat. Dimulai dengan sabar dalam berbuat taat (ash shbaru alat tha'ati) kepada Allah Subhana Wa Ta'ala Banyak gangguan, halangan, rintangan sehingga melakukan taat sangat sulit terwujud.
Jika tidak disertai sabar menghadapi segala aral melintang itu, mustahil taat dapat dicapai. Berkat kesabaran, raga dan jiwa setahap demi setahap akan mampu menapaM sifat taat dan menjadikan ketaatan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai jalan kehidupan sebagai acuan perilaku sehari-hari.
Kemudian sabar tatkala mendapat musibah. Ash shabru anil musibati. Musibah memang tak terpisahkan dari gerak-gerik setiap makhluk hidup. Apalagi bagi manusia yang dituntut berjuang keras menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Berbagai musibah selalu dialami setiap mahluk hidup, dari mulai yang kecil-kecil yang dianggap sepele hingga yang besar-besar yang menyusahkan dan menggemparkan. Termasuk musibah kematian diri sendiri, sanak keluarga, dan lain-lain.
Dalam menghadapi musibah, orang sabar selalu mengucapkan "istirja", yaitu bacaan "innalillahi wa inna ilaihi roji'iun" (Q.S. Al-Baqarah 2:156). Dari Allah kembali kepada Allah. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam menganjurkan, jika mendapat musibah membaca "istirja" diikuti doa "Allohumma ajirni fi musibati wahlufliy khaira minha." Ya Allah, lindungilah aku dari musibah dan semoga mendapat ganti yang lebih baik dari segala yang hilang akibat musibah.
Dalam menghadapi musibah, orang sabar selalu mengucapkan "istirja", yaitu bacaan "innalillahi wa inna ilaihi roji'iun" (Q.S. Al-Baqarah 2:156). Dari Allah kembali kepada Allah. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam menganjurkan, jika mendapat musibah membaca "istirja" diikuti doa "Allohumma ajirni fi musibati wahlufliy khaira minha." Ya Allah, lindungilah aku dari musibah dan semoga mendapat ganti yang lebih baik dari segala yang hilang akibat musibah.
Selanjutnya, sabar menghadapi maksiat. Godaan kemaksiatan memang sangat kuat dan besar sehingga harus dilawan dengan kesabaran berlipat ganda. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam menyatakan "huffatil jannatu bil makarihi wa huffatin naaru bisy syahawati". Jalan menuju surga banyak ujian, hadangan onak dan duri. Jalan menuju neraka, mulus rata ibarat jalan tol di-hotmix tebal. Hal kontradiksi semacam itu, harus dihadapi dengan sabar agar kita tidak terkecoh. ***

Penulis, Bupati Garut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Kami

UNIVERSITAS SOERJO

Semua orang boleh mengharapkan sesuatu yang terbaik sesuai keinginan hatinya. Namun, penyesalan itu terjadi karena ketidak pastian, dan suatu hari pasti terjadi. Sebuah karya yang original itu tidak semuanya muncul dengan sendirinya, sebab sebuah karya yang original itu bisa saja muncul karena motivasi dan nyontek yang sudah ada