Beruntung, Kepala Stasiun Kalibata saat itu berbaik hati hingga Ilyas diberi pinjaman sepetak tanah milik PTKA. “Setelah dikasih tempat, saya bangun rumah dengan gotong-royong bersama para pejuang Siliwangi. Hasilnya lumayan, meskipun bangunan gembel,” ujarnya.
Alhasil, sejak 1984 Ilyas dan keluarganya menempati rumah sederhana 70 meter itu, tepatnya di Jl Rawajati Barat, Kalibata, Jakarta Selatan. Tentu rumah gembel ini tidak layak untuk ukuran pejuang seperti Ilyas yang memiliki 14 anak dan 26 cucu itu. Apalagi lokasinya nyaris berhimpitan dengan jalur rel kereta api. Jarak dari rel ke dinding rumah hanya sekitar 5 meter. “Tiap lima belas menit kereta lewat,” kata Ilyas.
Kini, rumah yang sudah ditinggalinya selama 24 tahun itu bakal digusur. Untuk kesekian kali, pejuang yang mendapat gelar kehormatan “Bintang Pejuang Kemerdekaan RI” itu pun kembali was-was. “Saya mau diusir dari sini. Sudah ada surat pemberitahuan dari lurah. Mungkin akhir 2010 ini saya harus sudah hengkang dari sini,” kata Ilyas memelas.Ia belum tahu akan pergi ke mana.
Perintah pengusiran itu datang dari Gubernur DKI Fauzi Bowo. Ilyas agak geram ketika menyinggung nama Fauzi alias Foke itu. Sebab, Ilyas masih ingat janji-janji Foke saat berkampanye. “Tolonglah bantu saya. Kalau dibantu saya akan bantu rakyat kecil,” tiru Ilyas.
Selengkapnya: http://www.facebook.com/topic. php?uid=124412517615&topic=171 63
tah saat itu,” kenang Ilyas. (diambil dari Facebook Suara Rakyat"
Dari Kejadian diatas boleh kita mempertanyakan : Masihkah negara kita ini Bahkan kita sendiri pribadi memiliki rasa Menghargai jasa para pahlawan ?